You who search out
what is your true condition
Know then, haughty man,
what a paradox you to your self
Humble yourself, impotent reason;
be silent,
imbecile nature
Learn that man
and hear from your master
your true condition,
Which you are ignorant of
Listen to God"
( Pascal's Pencees )
Agama atau religion, berasal dari term Junani kuno religo yang berarti to bind atau to obligate. Orang2 yang mempunyai agama sering mempertanyakan untuk dapat mengerti asal kehidupan, apa maknanya kehidupan bagi manusia ( pertanyaan katekismus pertama adalah untuk apa manusia hidup di dunia?) , apakah manusia, bagaimana seseorang harus hidup dan berperilaku menurut kaidah agama, dsb. Akan tetapi jawab akhir dari pencarian hasilnya adalah suatu jawaban yang sangat kompleks yang prosesnya melalui penilaian2 atau masukan- masukan dari sumber2 seperti tradisi, budaya, dan pengalaman pribadi. Namun akhirnya agama tidak pernah dapat mengclaim dalam menjelaskan misteri dari siapakah manusia. Ada yang menyatakan agama adalah suatu great paradox, inner contradiction, the chimeral being of man (the chimeral = gagasan yang tak masuk akal). Adalah Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa religious truth bukan hanya supra natural akan tetapi juga supra rational- dan sama sekali tidak irrational. Hanya dengan dengan budi (reason) kita tidak dapat masuk kedalam (penetrate) misteri dari iman (faith). Dan misteri iman ini menurutnya tidak kontradiktif dan suatu perfect reason. Seterusnya silahkan baca Summa Theologiae , Thomas Aquinas , selected writings, on Trinity, theology, Faith and Reason. Membahas faith, religion, spirituality, Christianity, memang bukan suatu yang asyik, buat kita yang awam memang harus punya extra interest untuk filsafat, bidang yang paling kurang diminati termasuk saya waktu study dulu. Namun dalam usia yang sudah lewat tengah hari (near to sixty), rasanya sebenarnya kedekatannya untuk dapat mengembangkan hidup spiritualitas rasanya banyak manfaatnya. Dari semua phenomena kebudayaan manusia , agama adalah suatu yang bias dp analiswa logic semata, agama BILA INGIN TELAAH PEMAHAMAN AGAMA ADA BANYAK FILSOF ATAU THEOLOG KATOLIK seperti Agustinus, Thomas Aquinas, dan abad ini adalah Theolog Yesuit Karl Rahner, yang terakhir ini banyak member inspirasi konsili Vatikan II, dan banyak orang tertarik pandangannta seperti pemahaman Gereja dan Kekristenan. Kalau tidak salah Simon Tjahyadi,pr dalam ddisertasinya membahas Rahner ini. Dan Paus kita dalam pandangan2nya banyak dipengaruhi Rahner. Ada buku dari Kanisius ttg Karl Rahner bagi yang senang baca. Saya tidak berani membahas karena bagi saya kadang2 mencerna materi spt ini tidak gampang. Kemudian juga ada Soren Keerkegard yang memendang kehidupan ber agama sebagai "great paradox", Pascal mendefinisikan sbg "obscurity and incomprehensibility to be the very elements of religion". Juga ada buku yang menarik ttg dialog antara psikologi dan agama. Ditulis oleh Crapps, RW, Kanisius 1993, Dialog psikologi dan Agama dari William James sampai GW Allport, para psikolog yang banyak menulis ttg agama. Misalnya bagi Freud, psikloanalist abad ini yang banyak penganutnya, agama adalah manifestasi dari kelemahan mental (bukan mental disability) atau suatu bentuk neurosis dari manusia. Dalam sejarahnya pandangannya antara psikologi dan agama , satu sama lain kerapkali tidak bersahabat, khususnya dalam hubungan yg menyangkut hidup manusia . yang harus diingat bahwa semua teori atau bahasan ttg agama adalah hasil pemikiran atau telaahan filosofis dan analisa logis yang memang tergantung dari sudut pandangan dan frame of references mereka. Teori disini bukanlah hasil penelitian, paling-paling dari study kasus. Saya pribadi cenderung dalam apapun bentuknya on the search of God,dalam perjalanan spiritualitas kita, dalam pencarian dan kerinduan akan wajah Allah, mungkin kita bisa peroleh melalui Kitab Suci sesuai ajaran Gereja; sebagai divino afflante spiritu dimana Sang Pencipta secara abadi ingin berkomunikasi dengan kita para putera-puterinya yang dicintaiNya. Tidak usah takut orang mempersoalkan tafsir mana, saya sendiri tidak pernah perduli buku atau tafsir katolik atau protestant, anglikan, dsb sejauh bicara tentang Roh saya percaya Allah hadir, tidak eksklusif milik orang Katolik. Saya menganjurkan agar dibaca juga karya banyak penulis Kristen non Katolik pun yang menulis sangat indah tentang Tuhan. Saya percaya kekristenan bukan hanya milik orang Katolik. Secara khusus dalam ekaristi selain perayaan sakramen juga saya harapkan adanya Sabda yang dihomilikan sesuai petunjuk hirarki, tidak diolah dengan warna pribadi sang pengkhotbah secara dominan. Sehingga objective dari preaching the Word benar-benar terealisir. Ada banyak petunjuk atau guideline seperti ensiklik Dei Verbum dan Divino afflante Spiritu dari Pius XII. Sayangnya terlalu banyak personal improvisasi. Semoga perjalanan spiritual Anda semua didampingi Tuhan.
Jakarta , Nopember 2007
hendra boeniardi tanumihardja
No comments:
Post a Comment