Pages

Monday, February 25, 2008

FLASHBACK FROM GETSEMANE TO GOLGOTA - THE PASSION OF JESUS

An olive tree like at Mediteranean , picture by hendra boeniardi

Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak terdapat dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci-maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika IA menderita, ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu ( 1Petrus 2:21-25 ).
Film The Passion of the Christ (berasal dari kata latin "passusâ" yang artinya menderita ) yang menggambarkan kesengsaraan Yesus dari Taman Getsemane sampai Golgota diselingi beberapa flashback. Film yang dialognya menggunakan bahasa latin dan aram itu memang sukses dan disebut sebagai film tentang Paskah yang paling banyak dikunjungi sepanjang sejarah. Namun film yang dibiayai dan disutradarai Mel Gibson ini kontroversial karena dibalik kenyataan dielu-elukan di banyak gereja, ia juga banyak dicerca dimana-mana. Mel Gibson adalah seorang penganut Roma Katolik yang ultra konservatif, rajin berpuasa, tetap berpegang liturgi RK dalam bahasa latin, menafsirkan ayat-ayat Alkitab secara harfiah.dan menolak beberapa perubahan RK yang dihasilkan Konsili Vatikan II. Sebagai seorang tradisionalis yang mempercayai simbolisme ibadat ia merasa digerakkan Roh Kudus dan bermeditasi tentang penderitaan dan kematian Yesus, dan bertekad mengabadikannya pada layar lebar, karena dengan berbuat demikian, ia merasakan luka-luka Yesus menyembuhkan luka-lukanya. Iamenafsirkan penderitaan Yesus dalam Injil secara harafiah, dan memasukan dalam ceritanya penglihatan biarawati Maria dari Agreda di Spanyol (1602-1665) dan terutama Anne Catherine Emmerich dari Perancis (1774-1824) yang penglihatannya dibukukan dengan judul "The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ". Yang terakhir ini memiliki stigmata (tanda-tanda parut Yesus) di dahi, tangan, kaki dan dada. Dukungan bahkan datang dari Paus John Paul II yang memuji film ini seperti apa adanya, dan Billy Graham sendiri sempat menangis ketika melihat salah satu adegan film itu dan berkata bahwa film ini adalah a lifetime of sermonsin one movie. Namun, para pengkritik menyebutkan bahwa Gibson menyajikan film yang secara historis tidak akurat. Bila sejarawan seperti Josephus, Tacitus menyebut bahwa Pilatuslah yang menghukum Yesus dan Philo menyebut Pilatus seorang yang keras kepala dan kejam, dalam film ini digambarkan sebaliknya bahwa Pilatus kelihatannya lemah (bahkan terpengaruh isterinya yang dalam film ini digambarkan bersimpati kepada Yesus bahkan memberikan handuk kepada kedua Maria untuk menyeka darah Yesus). Maria Magdalena dalam film ini diidentikkan dengan perempuan yang berzinah padahal Alkitab tidak menyebutkan begitu, bahkan pada waktu di taman Getsemane Iblis digambarkan menemui Yesus padahal Alkitab menyebut Malaekat yang mendatangi Yesus (Luk.22:43). Bahasa Yunani sama sekali tidak digunakan dalam film ini termasuk juga absennya tulisan Yunani di atas kayu salib disamping Aram (Ibrani) dan Latin padahal Yunani Koine adalah bahasa pengantar kala itu. Film ini sangat menonjolkan Kayafas dan orang-orang Yahudi sebagai aktor di balik pembunuhan Yesus. Itulah sebabnya banyak orang mengkritik film ini sebagai anti-Yahudi. Kritik anti-Yahudi yang ditujukan kepada Gibson tidaklah terlalu salah, soalnya memang ada kesan stereotip demikian kalau seseorang melihat film ini. Gibson memanfaatkan dukungan kaum Injili (evangelical) untuk mempromosikan filmnya, tetapi ia tidak mengundang kalangan Yahudi. Salah satu adegan yang menunjukkan masa Yahudi yang marah dan mengatakan "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kamiâ" (Mat. 27:25) karena dikritik pedas akhirnya dicabut oleh Gibson pada pemutaran perdananya. Majalah Newsweek (March 8, 2004) menyebut film ini sebagai: The most divisive movie in history. Film ini juga dikritik sebagai menonjolkan sadisme secara berlebihan, dan rasa di luar porsi fakta historisnya. Sadisme ditonjolkan secara berlebihan dan dalam waktu lama, terutama ketika Yesus dianiaya didepan pengadilan Pilatus, Ia dilempar ke sumur, dan juga ketika harus mengangkat kayu salib dan dipaku. Kesadisan ini berdampak banyak orang menangis dalam gedung, banyak yang keluar dari gedung bioskop ketika menyaksikan adegan yang sadis, bahkan
ada beberapa orang mati kena serangan jantung ketika menyaksikan drama tangan & kaki Yesus dipaku. Gibson memang sengaja menonjolkan kekejaman yang begitu hebat untuk mendorong penonton sampai ˜melampaui batas" agar mereka merasakan pengorbanan Kristus secara nyata. Roger Elbert, kritikus film dari Chicago Sun-Times sekalipun memuji aspek tertentu film ini, kelihatannya mewakili banyak pengamat yang menyebut film ini penuh kekejaman. Ia mengatakan: I said the film is the most violent I have ever seen. It will probably the most violent you have ever seen. This is not a criticism but an observation; the film is unsuitable for younger viewers, but works powerfully for those who can endure it. Sangat disayangkan bahwa film yang tergolong sadis ini ikut dipopulerkan oleh kalangan Injili Amerika dan dipromosikan di gereja-gereja. Wakil dari perusahaan Gibson menjelaskan bahwa promosi the Passion ke para pemimpin agama lebih merupakan interes pemasaran daripada penginjilan, dan Terry Mattingly, seorang kritikus film menyayangkan langkanya sikap kritis di kalangan protestan konservatif. Sekalipun banyak pendeta yang mempromosikan film ini sebagai meneguhkan iman, sejauh ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa ucapan rasul Petrus dalam suratnya di awal renungan ini terpenuhi. Rasul Petrus menekankan penderitaan Yesus agar dijadikan teladan agar kita mengikuti jejaknya, namun film ini cuma membakar sentimen agama tetapi tidak mengubah perilaku umat Kristen yang hedonistis menjadi umat yang sederhana. Tidak disangkal bahwa film ini benar-benar membakar emosi penonton tetapi diragukan apakah film ini juga mengubah perilaku penonton itu menjadi baru. Memang sejak lama kaum fundamentalis Amerika memiliki standar ganda, di satu segi mereka sangat membela negara Yahudi dalam setiap tindakannya terhadap Palestina, disegi lain mereka juga membela film yang notabene menyudutkan umat Yahudi yang membunuh Yesus. Di satu segi mereka ingin dunia tahu bahwa Yesus menderita dan mati disalib tanpa membela diri, tetapi di segi lain mereka justru membela Bush dalam politik perangnya yang mengadili dan menghanguskan Irak. Film ini banyak memasukkan cerita karangan Gibson dari drama penderitaan Yesus, seperti pemberian peran kepada kedua Maria dalam situasi penyaliban dan mengabaikan Maria ketiga (Kleopas), Yudas cukup lama dianiaya geng anak-anak, tentara yang menyebut Yesus Raja Cacing, dan penjahat yang ikut disalib matanya dipatok burung. Penonjolan aspek negatip juga terjadi seperti Iblis yang meragukan Yesus bisa menebus semua manusia, dan Simon Kireni yang membantu mengangkat salib mengaku: Aku orang tak bersalah harus mengangkat salib orang terhukum. Penderitaan Yesus juga dibuat jauh melebihi kebenarannya dan jelas merupakan manipulasi sejarah yang bisa memberi kesan penyimpulan yang berbeda dengan kalau seseorang membaca Injil. Memang pekabaran Injil membutuhkan penyajian cerita tentang salib dan penderitaan Yesus, tetapi kalau penderitaan itu dilebih-lebihkan dan didramatisir diluar kebenarannya, maka berita itu menjadi kebohongan. Sebaliknya hal-hal penting pengajaran Yesus mengenai kasih, pengharapan, kebenaran, dan keadilan nyaris tidak ada dalam film ini. Akhir cerita hanya menyingkapkan selintas Yesus yang bangkit (yang hanya bisa dimengerti mereka yang mengenal cerita Alkitab), padahal ke-39 hukuman cambuk yang diperintahkan Pilatus nyaris semuanya ditunjukkan dengan disertai kebrutalan tentara Romawi disertai rasa kesakitan Yesus dan darah yang muncrat, inipun sering ditonjolkan dengan adegan yang diperlambat! Pesan Mel Gibson mengenai penderitaan Yesus lebih banyak menonjolkan kesadisan pederitaan fisik tetapi nyaris tidak mengungkapkan makna dan untuk apa penderitaan dan kematian Yesus itu. Gibson mengesankan dalam film ini bahwa Yesus mati karena intrik-intrik politik perebutan kekuasaan antara Pilatus (Romawi) dan Kayafas (Yahudi), padahal makna penebusan Yesus yang dikulminasikan dalam kematian-Nya di kayu salib untuk umat manusia tidak terungkap. Film ini hanya memuaskan emosi jiwa masyarakat yang sedang sakit yang sudah lama disuguhi film-film sadis. Gibson memang bukan bermaksud untuk mengabarkan Injil karena film ini semua prosesnya ditujukan untuk mencari untung sama halnya dengan pembuatan film pada umumnya, ia lebih banyak mengeksploitasi sentimen keagamaan untuk mempopulerkan bisnis filmnya. Berita Injil para rasul sejak masa "passionâ" tidak banyak menekankan penderitaan Yesus, tetapi lebih berpusatkan Yesus yang Bangkit.

Friday, February 22, 2008

THE WORD IS HIMSELF, OUR LORD


In the beginning was the Word,
and the Word was with God,
and the Word was God.
He was with God in the beginning.
Through him all things were made;
without him nothing was made that has been made.
In him was life, and that life was the light of men.
The light shines in the darkness,
but the darkness has not understood it.
( John 1 : 1 – 5 )

“Whoever drinks the water I shall give will never thirst;
the water I shall give will become in him
a spring of water welling up to eternal life.”

Many of the Samaritans of that town began to believe in him.
When the Samaritans came to him,
they invited him to stay with them;
and he stayed there two days.
Many more began to believe in him because of his word,
and they said to the woman,
“We no longer believe because of your word;
for we have heard for ourselves,
and we know that this is truly the savior of the world.”

(John 4 : 5 - 42 )


Ada joke dari gus Dur, kalau USSR (UNI FEDERASI SOVIET RUSIA) dulu, pada tahun 57 an sudah mengirim Leica (nama anjing,mahluk hidup) dan kemudian AS tahun 60 an mengirim manusia kesana; dan baru saja tahun2 lalu China juga menempatkan pesawatnya ke bulan (benda ruang angkasa yang paling dekat dengan bumi); Indonesia sebenarnya bisa lebih dulu ke bulan. Menurut beliau bila dilakukan dengan menumpukkan hasil seminar, raker, dsb yang sangat populer disini(yang hasilnya atau laporannya jarang dibaca); Indonesia pasti lebih dulu sampai ke bulan. Manusia Indonesia adalah manusia yang tergolong cerdik dan kreatif menurut beliau. Dengan kata lain banyak tricks dan tacticsnya dalam mengatasi segala persoalan. Karena universalitas dari manusia , sebenarnya Tuhan tidak membedakan kemampuan manusia,juga dalam hal kemampuan dan kreativitas. Hanyalah masalah kesempatan dan sarana, situasi dan kondisi,dan juga budaya kerja dalam menghasilkan sesuatu. Indonesia tidak kalah dalam performance dan kreativitas. Salah satu dari tujuh kejaiban dunia adalah candi Borobudur ( sekarang tidak lagi , mungkin karena negara ini lalai sehingga ada penduduknya sendiri pernah menghancurkan dengan membom pada tahun 80 an ). Candi ini adalah yang terbesar di dunia atau paling luas dengan segala pahatan yang terindah dan tertinggi ( 42 meter) ada di Indonesia dan kreasi penduduk yang hidup saat itu ( abad 9?). Angkor Watt yang di Kambodja bukanlah suatu candi tetapi suatu komplek atau daerah percandian. Tentu tujuan pembuatan Borobudur bukanlah untuk mencapai bulan seperi orang Israel yang membuat menara Babil untuk mencapai langit. Tujuan pembuatan candi adalah untuk liturgi agama Budha dalam menggambarkan tingkatan2 atau tahapan - tahapan yang misalnya direfleksikan dalam pahatan - pahatan yang menceritakan hubungan causal/sebab - akibat bila kehidupan manusia buruk yang terjadi karmanya dikemudian hari adalah kelahiran dalam tingkatan yang lebih rendah atau lahir sebagai tikus, dst . Penggambaran ajaran bagaimana manusia harus menjalanai hidup dengan menjalankan welas asih untuk mencapai Nirvana. Konon karenanya saat itu kejahatan sangat minim dan rakyat menjalani kehidupan dengan damai dan sejahtera. Liturgi dalam gereja katolik, terutama Ekaristi sebagai pusat kegiatan gereja sudah sangat kaya dalam membawa gereja (baca "umat"), dalam pencarian dan pemulihan relasi dengan Tuhan. Tidak perlu adanya kreativitas dan improvisasi yang hanya untuk menyenangkan segolongan umat. Salah kaprahnya bila ada improvisasi dengan euphemisme demi permintaan "sebagian umat" (umat yang mana?) atau inkulturasi yang sebenarnya hanyalah selera pastornya; terus terang menurut pendapat saya adalah pengurangan atau deminimasi dari arti liturgi ekaristi (mungkin pendapat saya salah). Doa Syukur Agung yang dimana-mana hanya 5 atau tambahansatu lagi yang berthemakan tobat, di Indonesia oleh para uskup seIndonesia dijadikan lebih dari 10. Yang lima masih belum dianggap cukup untuk pernyataan Syukur. Yang termanifestasi physik diatur seperti misalnya prosesi imam, misdinar ,dst berlutut dimuka tabernakel, dirubah dengan hanya menganggukkan kepala. Saya ingin sharingkan bahwa baru saja saya mengikuti ekaristi di 7 gereja yang berbeda (kebiasaan saya untuk mengalami ekaristi di gereja yang berbeda), dengan 2 budaya atau civilization yang berbeda ; yang satu dengan western christianity dan yang satunya eastern dengan akar yang kuat dalam taoism dan confusian atau latar belakang Budhism dari 2 negara tetangga; semua pastornya termasuk yang jauh lebih tua dari pastor2 kita waktu prosesi sebelum naik ke panti imam selalu berlutut kearah tabernakel dengan khidmat. Demikian juga umat waktu DSA , konsekrasi, dan doksologi semua umat berlutut , meski mereka harus berlutut di ubin /tile yang keras. Juga saat sebelum menyambut komuni. Dan ini dilakukan oleh orang yang dengan usia lanjut ( tidak sakit dengkul ) dan juga anak2. Perayaan ekaristi tidak pernah lebih dari satu jam , yang lebih panjang adalah silaturahmi dan semua diundang untuk keruang belakang, biasanya ada kantin atau sekedar makanan kecil. Bila ada pendatang dari luar paroki atau kota lain, sering dinyatakan oleh pastornya waktu penutupan sebelum berkat. Khotbah tidak bertele - tele dan tidak pernah sedikitpun menceritakan diri pribadi yang selalu di - ulang2 pada ekaristi berikutnya. Sabda benar - benar dibacakan untuk umat sebagai penyegaran rohani yang disertai homily dengan penekanan untuk kemuliaan Tuhan dan untuk memberikan bimbingan atau mengingatkan ajaran - ajaranNya. Yang pasti thema khotbah selalu ada relevansinya dengan bacaan atau injil , bukan ilustrasi cinetron atau cerita pendek yang imaginative. Kemudian dalam perayaan ekaristi itu sendiri, sikap atau gerak tubuh atau bahasa tubuh dalam kebersamaan dan kepatuhan adalah manifestasi umat dengan suasana batin yang searah ungkapan puji syukur dalam mengalami dan menghayati liturgy ekaristi. Ada suka cita dan cheerful yang memberikan perasaan bahwa Tuhan hadir dan menyertai umatNya, perasaan damai dan hati yang tergetar (at ease). Gereja (baca paroki) mempunyai fungsi - fungsi seperti melaksanakan liturgy ekaristi untuk umatnya, celebrating the sacrament , to share the Words, dan melakukan hal – hal karitatif ( hanya SSP?) . Kita kadang – kadang lebih memperhatikan perayaan dengan panitya – kepanityaan sebagai kegiatan . Dari HUT sampai lomba masak . Mohon maaf bila sharing ini menimbulkan inconveniency . Salam Damai dan Selamat Berpuasa menjelang Paska.

Thursday, February 21, 2008

AN ANONYMOUS POEM


I knelt to pray but not for long,
I had too much to do.
I had to hurry and get to work
For bills would soon be due.
So I knelt and said a hurried prayer,
And jumped up off my knees.
My Christian duty was now done
My soul could rest at ease...
All day long I had no time
To spread a word of cheer
No time to speak of Christ to friends,
They'd laugh at me I'd fear.
No time, no time, too much to do,
That was my constant cry,
No time to give to souls in need
But at last the time, the time to die .
I went before the Lord,
I came, I stood with downcast eyes.
For in his hands God! held a book;
It was the book of life.
God looked into his book and said
"Your name I cannot find
I once was going to write it down...
But never found the time"


(Anonymous poem)

MAP I HAD BEEN THERE

MAP OF VISITORS FROM AROUND THE WORLD SINCE OCTOBER 2007

MARY IMMACULATE, SHINING THE BEAUTY

MARY IMMACULATE, SHINING THE BEAUTY
Immaculada de Concepsiou - Pray with Mary for our sins . Ask God give mercy ang grace. Always honoured and praised every where

MY RELATED SITE FACEBOOK

Hendraboe Tanumihardja's Facebook Profile

Visitors country

free counters

LITTLE HOUSE ON THE VALLEY , ARAULEN BOTANICAL GARDEN , WA

LITTLE HOUSE ON THE VALLEY , ARAULEN BOTANICAL GARDEN , WA
In summer the flowers , in the silence joyful and happiness

A SERENITY AND SANCTUARY

A SERENITY AND SANCTUARY
Invite to pray and contemplation

A PURE SPRING WATER INSIDE GROTTO

A PURE SPRING WATER INSIDE GROTTO
Has continued to flow since 1858 ; he that believeth on Me , out of his belly shall flow rivers of living water

POPE BEFORE THE GROTTO

POPE BEFORE THE GROTTO
Pray with Mary when Jubileum Year 150 years

THE MOTHER OF GOD

THE MOTHER OF GOD
By her apparitions as Our Lady of Guadalupe to Saint Juan Diego

ALL OF THE SAINTS

ALL OF THE SAINTS
When two holly people met

VIA DOLOROSA AT SANCTUARIES LPORDES

VIA DOLOROSA AT SANCTUARIES LPORDES
A lonesome road visited by million of pilgrims

FROM GABATHA TO GOLGOTHA

FROM GABATHA TO GOLGOTHA
Jesu , Joy of man's desiring . Commemoration of Holy Friday in my parish "You are my disciples, if you keep obeying my teachings"

Mary Magdalene

Mary Magdalene
By Gestilenchi

NOTRE DAME BASILICA - PARIS

NOTRE DAME BASILICA  -  PARIS
Mother of Church Diocese of Paris

LIFE IS EXCITING AND CHALLENGING

LIFE  IS  EXCITING  AND CHALLENGING
Filled it with wonder

NOTRE DAME BASILICA - PARIS

NOTRE DAME BASILICA  -  PARIS
Pictured from Seine river, started build in 11th century , Pope Alexander III laid the first stone

TIME IS ETERNITY

TIME  IS  ETERNITY

BASILIQUE IMMACULADE DE CONCEPCIOU - SANCTUARIES LOURDES

BASILIQUE IMMACULADE DE CONCEPCIOU - SANCTUARIES LOURDES
Built as Lady Mary's request to Bernarde

BERNADETTE SOUBIROUS 1844 - 1879 , 18 apparitions of a Lady , Mary

BERNADETTE SOUBIROUS 1844 - 1879 , 18 apparitions of a Lady , Mary
Canonised in 1933 , a miracle : her body incorruptible after death

MARY AT GROTTO WHERE MOTHER OF GOD MET BERNADETTE SOUBIROS in 1858

MARY AT GROTTO WHERE MOTHER OF GOD MET BERNADETTE SOUBIROS in 1858
Eucharist celebration with Sacrament adoration continuously along the day for the glory of God.

CANDLE PROSESSION IN THE FRONT OF BASILIQUE NOTRE DAME SANCTUARY LOURDES

CANDLE PROSESSION IN THE FRONT OF BASILIQUE NOTRE DAME SANCTUARY LOURDES
A very amazing and an undescribed feeling and emotion . Hail Mary for the glory of God

BLESSING - MAY OUR GOD GIVE BLESSING

BLESSING - MAY OUR GOD GIVE BLESSING
And ye will not come to me, that ye might have life.