HENDRA TANOEMIHARDJA"S area of contemplation
To write down everything just owned by human to aware our existence, transcendent our thought and therefore to differentiate us with another creatures, included creatures as angels and demons. And our Father made us inferior only to Himself.
AREA OF CONTEMPLATION WITH AWARENESS THAT GOD ALWAYS LOVE AND NEVER ABANDON US.
Lorem ipsum dolor sit dicatum animum explorant plena dilectione Dei notitia , et non derelinquas nos semper.
Thursday, June 12, 2008
"QUE SOY ERA IMMACULADA CONCEPCIOU " SAID MARY TO BERNADETTE - SANTUARIES LOURDES - 1858
KISAH SINGKAT DI HARI SABTU 7 jUNI 2008 - DIANGKAT DARI WEB PAROKI
http://groups.yahoo.com/group/parokistignatius/
Yang menarik bagi saya adalah bacaan text yang dibacakan pada suatu PE yang dilakukan suatu komunitas dalam paroki. Karena sumbernya tidak jelas,
saya anggap saja surat tersebut dari gereja Jalan Malang. Bila kita mendengar kata Milan, asosiasi dalam pikiran saya adalah AC Milan, atau dunia mode dan Cosmetology yang berkaitan dengan dunia glamour dan haute couture. Juga saya tidak tahu tentang pesta hati Santa Perawan Maria tak bernoda. Dari penanggalan Liturgi 2008, hari Sabtu minggu pertama bulan Juni adalah Hari Biasa dengan bacaan injil tentang orang Pharisi dari Markus 12 : 38 - 44.
Yang ada adalah Hari Raya St. Maria yang dikandung tanpa dosa (Immaculate Conception) pada tanggal 8 Desember. Immaculae Conception adalah dogma yang di - konstitusikan dalam Ineffabilis Deus, pada tanggal 8 December 1854. Diperkuat oleh penampakan Maria pada tahun 1858 di Lourdes kepada Bernadette Soubirous. Dan Bernadette dengan tubuhnya yang tidak rusak yang membawa mujizat penyembuhan di Lourdes, yang dinyatakan Santa : tidak pernah sekalipun menjadi seperti seorang visioner yang dapat merepresentasikan diri atau visioner seperti Vasula atau penulis Milan Juni 1989 yang merepresentasikan diri sebagai Maria. Yang terjadi dengan penampakan Maria memperkuat dogma tersebut dan apa yang disampaikan Maria saat itu adalah "que soy era immaculade concepciou" adalah sebagai yang dikandung tanpa noda, yang terjadi sampai saat ini bahwa para peziarah pergi ke Lourdes untuk makin memuliakan Tuhan dengan ekaristi yang sambung menyambung; dan lebih menghormati Maria
sebagai Bunda Tuhan. Mungkin dalam paroki Santo Ignatius perlu disosialisasikan agar perayaan PE tetap diatur oleh pastor di paroki kita. Sehingga tidak terjadi hal - hal yang menimbulkan polemik. Umat Katolik di Jakarta adalah kritis, dan banyak yang mengerti tentang liturgi yang benar. Peranan pengelola paroki c/q Seksi Liturgi benar - benar dibutuhkan, dan juga pastor yang memang harus ngatur.
Salam dalam Kristus,
Hendra Boeniardi
Immaculate Conception
For dogmatic context see Mariology (Roman Catholic) for the novel by
Gaétan Soucy, see The Immaculate Conception. For the doctrine of the
virginal conception of Jesus Christ, see Incarnation (Christianity)
and Virgin Birth of Jesus.
Mary, mother of Jesus, as the Immaculate Conception. Bartolomé Esteban
Murillo. Museo del Prado. The Immaculate Conception is, according to
Roman Catholic dogma, the conception of Mary, the mother of Jesus
without any stain of original sin, in her mother's womb: the dogma
thus says that, from the first moment of her existence, she was
preserved by God from the lack of sanctifying grace that afflicts
mankind, and that she was instead filled with divine grace. It is
further believed that she lived a life completely free from sin.[1] in
the words of Pope Pius XII in Mystici Corporis , "she was free from
any personal or hereditary sin" [2] Her immaculate conception in the
womb of her mother, by normal sexual intercourse (Christian tradition
identifies her parents as Sts. Joachim and Anne), should not be
confused with the doctrine of the virginal conception of her son Jesus.
The feast of the Immaculate Conception, celebrated on December 8, was
established as a universal feast in 1476 by Pope Sixtus IV. He did not
define the doctrine as a dogma, thus leaving Roman Catholics freedom
to believe in it or not without being accused of heresy; this freedom
was reiterated by the Council of Trent. The existence of the feast was
a strong indication of the Church's belief in the Immaculate
Conception, even before its 19th century definition as a dogma.
In the Roman Catholic Church, the Solemnity of the Immaculate
Conception is a Holy Day of Obligation, except where conferences of
bishops have decided, with the approval of the Holy See, not to
maintain it as such. It is a public holiday in some countries where
Roman Catholicism is predominant e.g. Italy. In the Philippines,
although this is not a public holiday, the predominance of Catholic
Schools make it almost a holiday.
The Immaculate Conception was solemnly defined as a dogma by Pope Pius
IX in his constitution Ineffabilis Deus, on December 8, 1854. The
Roman Catholic Church believes the dogma is supported by Scripture
(e.g. Mary's being greeted by Angel Gabriel as "full of grace" or
"highly favoured"), as well as either directly or indirectly by the
writings of many of the Church Fathers, as well as sensus fidei and
often calls Mary the Blessed Virgin (Luke 1:48). Catholic theology
maintains that, since Jesus became incarnate of the Virgin Mary, it
was fitting that she be completely free of sin for expressing her
fiat. (Ott, Fund., Bk 3, Pt. 3, Ch. 2, §3.1.e).
For the Roman Catholic Church the dogma of the Immaculate Conception
gained additional significance from the apparitions of Our Lady of
Lourdes in 1858. In Lourdes a 14-year-old girl, Bernadette Soubirous,
claimed a beautiful lady appeared to her. The lady identified herself
as "the Immaculate Conception" and the faithful believe her to be the
Blessed Virgin Mary.
In this sense, the dogma of the Immaculate Conception defined by Pope
Pius IX is also viewed as a key example of the use of sensus fidelium
shared by the faithful and the Magisterium rather than pure reliance
on Scripture and tradition.[3] The Vatican quotes in this context
Fulgens Corona, where Pius XII supported such a faith:
If the popular praises of the Blessed Virgin Mary be given the careful
consideration they deserve, who will dare to doubt that she, who was
purer than the angels and at all times pure, was at any moment, even
for the briefest instant, not free from every stain of sin?" [4]
Now, the Roman Catholic tradition has a well established philosophy
for the study of Immaculate Conception and the veneration of the
Blessed Virgin Mary via the field of Mariology with Pontifical schools
such as the Marianum specifically devoted to this task[5][6][7].
From Wikipedia, the free encyclopedia
Karena tidak disebutkan sumbernya, saya melihat gaya bahasanya dari artikel yang dibacakan adalah tulisan semacam kesaksian Vasula dengan "Hidup sejati dalam Allah" yang populer tahun 90 an, tapi sepengetahuan saya ini tidak pernah diakui oleh Vatican. Saya tidak tahu artikel yang dibacakan dari Milan tersebut. Bisa jadi juga bukan dari Vasula.
Di Indonesia term Freemason tidak banyak dibicarakan, kecuali oleh buku penerbitan dari kalangan Islam yang mengkaitkannya dengan Zionism. Atau dengan diasporanya para Yahudi, sebagaimana banyak yang dilaunch melalui blog - blog Islam yang saya buka.
Saya sendiri tidak mengetahui mendetail, tapi mungkin kutipan dari Wilkipedia encyclopedia seperti ini bisa membantu,
..........."Freemasonry is a fraternal organisation that arose from obscure
origins in the late 16th to early 17th century. Freemasonry now exists
in various forms all over the world, with a membership estimated at
around 5 million, with around 480,000 in England, Scotland and Ireland
alone, and just under two million in the United States.[1][2] The
various forms all share moral and metaphysical ideals, which include,
in most cases, a constitutional declaration of belief in a Supreme
Being.[3]Supreme Being is often defined simply as "God",[1] and it is
used with this meaning by theologians of many religious faiths,
including, but not limited to, Christianity,[2] Islam,[3] Hinduism,[4]
and Deism.[5] However, the term can also refer to more complex or
philosophical interpretations of the divine. Many fraternal
organizations, especially those which admit members of diverse
religious backgrounds (such as Freemasonry) use the term as a generic
description, allowing the candidate to adhere to whichever deity or
concept he holds to be appropriate.[6][7]"
Bila ingin mempelajari lebih lanjut ada buku dari seorang
sejarahwan/historian dengan penelitian, jadi bukan fiksi ataupun
semacam novelnya Da Vinci Code dari Dan Brown . Jasper Ridley seorang
historian menulis tentang Freemasonry dengan berdasarkan research
"The Freemasons":A History of the world's powerful secret society, The
Arcade Publishing, Inc., New York, first edition 2001. Cukup merupakan
best seller oleh karena telah menjadi bahan pembicaraan banyak orang
tentang Freemason selama 2 dekade terakhir. Di Indonesia sendiri
Freemason oleh penulis Islam (terjemahan) , dikaitkan dengan Zionism.
Resensi dari The Economist adalah 'Mr Ridley has written a meticulous,
sane, and lucid book', sedangkan menurut Wall Street Journal 'Ripley
captures the organization's fundamental outlook, and it's morality. He
is enchanting storyteller'. Ridley membawa bukunya tentang freemason -
apakah sebuah ancaman (menace), Dalam introductionnya, ia menyampaikan bahwa freemason dan anti freemason , is based on extraordinary naivity.
Saran saya seebaiknya kita sebagai umat katolik, apalagi dikaitkan dengan liturgi ekaristi tidak membawa-bawa hal-hal yang fascinating dan juga sebenarnya tidak pasti dan bisa jadi bukan dari iman katolik. Bukankah Sabda, baik bacaan pertama dan atau kedua, dan juga injilnya merupakan suatu yang benar - benar hal yang mempunyai nilai tinggi dalam ibadat. Dan perayaan ekaristi dilakukan tanpa improvisasi yang aneh - aneh demi interese segelintir orang.
Salam dalam Kristus,
Hendra Boeniardi
Joseph Kardinal Ratzinger, kini BapaSuci Benediktus XVI,
telah lama wanti-wanti : orang Katolik yang masuk Masonry berdosa berat (grave
sin) dan dilarang menerima Komuni Kudus pada perayaan Ekaristi.
Dosa berat itu hanya dapat dihapus apabila ybs bertoba total, diampuni Tuhan melalui sakramen rekonsiliasi penuh. Seseorang masuk Masonry biasanya karena iming-rayu teman
atau sahabat yang keblinger. Proses masuknya bertahap, demikian kesaksian John
Salza. Ada 3 derajat Master, 32 tingkatan awalnya. Ada berbagai ritual dan pelantikan dengan aneka format rahasia, sesuai kadar kentalnya keyakinan masonry ybs. Semua itu ritual pagan, walau ditopengi doktrin yang samar-samar. Tetapi bila orang sadar, dia akan tahu bahwa baunya segi filsafat Yunani yang tak sesuai iman kita. Ungkapan-ungkapan ajarannya ada berbau kristiani, islam dll, diaduk-aduk.
Tuhan disebut Abba. Mason mencari keselamatan sendiri, tidak mengandalkan karunia dan rahmat Tuhan. Tak ada baptis, tak kenal Kristus. Calon korban biasanya orang-orang bisnis dan para bankir. Ada lagi NEW AGE. Keyakinannya : one world religion, one world covenant. Tentu ini tak sama dengan one-world-one-dream motto Olimpiade Beijing itu. New Age maunya satu agama, satu tata dunia. Maka dibuatlah agamanya sendiri, celestial lodge. New Age ini gerakan dengan modal kuat. Majalahnya New Age Joyrnal, yang tujuan akhirnya akan memisahkan agama yang ada dari masyarakat.
Memanggil sesama pengikutnya “brother mason”. Yang dikasihi ya sesama anggotanya itu, bukan sesama manusia (OTHERS, liyan), bukan yang terkecil, tersingkir dan menderita sebagaimana diajarkan Gereja. Sesama mereka ya sesama keyakinan, sudah tentu biasanya yang kaya duniawi. Mereka percaya Tuhan (tuhan mereka) tetapi menolak Yesus Kristus, tentu saja ini kebohongan besar. Kristus adalah Terang, Jalan, dan
Kehidupan, itu iman Kristiani. Mereka lain, mereka ingin memisahkan negara dan
agama secara mutlak, mereka mengejar satu tata dunia baru berdasar sekularisme.
Mereka anti-sakramen. Memang FREEMASONRY dan NEW AGE sangat pelik bagi awam.
Sebagai awam di zaman yang kian renta, mesti waspada-waskita, dan terus belajar
seumur hidup. Itulah pentingnya juga mengikuti media komunikasi gerejani
(tanggungjawab KOMSOS), termasuk televisi Katolik misal EWTN, atau juga
stasiun-stasiun pemancar berbahasa Portugis sampai Latin lainnya. Teve kristen
saja dapat menggelincirkan iman, baik ke arah fundamentalisme, para nabi-palsu,
dan lain-lain. Kita mesti makin dewasa iman, dan makin memesrai Kitab Suci
maupun Ajaran Gereja, bila tak mau terjungkir oleh dunia.
Banyak buku-buku yang membahas gejala gerakan Freemasonry,
New Age dsb. Buku pater Edmund Sylvia CSC (Eternal City), buku The Hidden Side
of Freemasonry, juga The New Age Counterfeit, sampai majalah The Catholic
Answer, tampaknya makin diperlukan umat agar tetap makin bertumbuh iman dan
tidak diperosokkan oleh bualan bisikan setan. Hirarki niscaya makin perbanyak
buku-buku iman berbahasa Indonesia lebih banyak lagi, sekarang. Jangan malah merosot dibandingkan dasawarsa-dasawarsa para romo sepuh dulu (Rahmat Subagya, Tom Jacobs dll). Umat juga niscaya makin pandai memperoleh sumber bacaan
rohani segar di INTERNET. Coba buka www.LHLA.org misalnya. Tentu juga www.EWTN.com. Rahmat karunia SAKRAMEN memang sudah saatnya diingatkan kembali kepada segenap anggota Gereja. Kini setan lagi mubal, merajalela, barangkali ini tanda dekatnya kedatangan Tuhan kembali. Berbagai gerakan setan terutama mencari sasaran : kaum muda, para pebisnis sukses, para profesional mapan, para tokoh umat, para rohaniwan/wati. Serangan itu makin lama makin keras dan terang-terangan. Kita sebagai orang beriman harus tanggap, jangan sampai mudah heran, mudah terbujuk. KATEKESE DIRI dan BINA IMAN DIRI niscaya digalakkan seiring dengan bina segi menggereja-memasyarakat maupun bina kaum muda secara baik dan benar.
Bila kita abai atau lirwa, jangan terkejut bila tiba-tiba kita sadar bahwa ternyata kita sudah terputus dari Gereja. Satu-satunya solusi : sakramen tobat/rekonsiliasi,
kembali menghayati berbagai anugerah Sakramen dari Tuhan, dan hidup makin meneladan Kristus. Kerangkanya : IMAN dan PERBUATAN, sesuai Sabda Tuhan yang Kekal.
Teladani iman dewasa Bunda MARIA, dalam kepenuhan terang ROH KUDUS.
Amin. Syalom in
X’to, Ave Maria. ( Anton Hartomo in Milis Api Katolik )
--- In parokistignatius@yahoogroups.com, Florentina Lina
wrote:
seperti yang saya tuliskan dalam email pribadi kepada pak Djatmiko,
saya penasaran apakah teks yang dibacakan sebelum misa itu mengambil
dari penafsiran kitab Wahyu yang ditafsirkan tentang "Armageddon"?..kalau benar maka Puji Tuhan romo yang memimpin misa menjelaskan kepada umat untuk lebih selektif memilih bacaan karena tidak semua bacaan yang bagus sesuai dengan iman katolik yang
diajarkan oleh Gereja..saya sempat browse di internet ttg teks bacaan
tersebut akan tetapi hasil searchnya rata2 adalah kotbah Pendeta
gereja aliran pentakostal yang menjelaskan ayat2 tersebut menjadi
sinyal2 "armageddon"..atau apakah teks kotbah pendeta tersebut yang
dibacakan itu???.. menanggapi email pak Hendra dan juga membayangkan situasi
yangdihadapi oleh pak Djatmiko (entah yang saya pikirkan adalah benar atau
tidak), sepertinya ada semacam fenomena memasukkan 'tata cara','attitude',
'sikap tubuh' or anything dari gereja/pengikut gereja
aliran pentakostal ke dalam tubuh Gereja Katolik oleh sekelompok
oknum2 yang entah tidak mengerti atau tidak puas terhadap apa yang
sudah ada/berlaku di GK..dan jika memang demikian, kita harus prihatin
dan introspeksi apa yang salah dari katakese kita sehingga orang jadi
merasa 'kurang'..padahal kalau katakese umat berjalan dengan baik,
maka, meskipun kotbah romo terdengar datar2 saja, misa biasa (baca:
normal) saja, koor nyanyinya ngga heboh bahkan cenderung boring,
organ-nya sumbang atau itu2 saja, tapi kita mengerti dengan baik apa
yang kita jalani di dalam misa, bahwa Kristus benar2 hadir dan
memberikan diri-Nya untuk kita makan, bahwa semua bagian (dan bahkan lagu) yang terkesan membosankan tersebut mempunyai arti yang sangat mendalam bila
dilakukan dengan benar...semestinya semua ini tidak terjadi...
Saran saya kepada romo, dewan paroki dan seksi2-nya adalah, tidak
perlu membuat acara yang meriah yang sifatnya "keluar", tapi lebih
baik buat acara yang sifatnya memberikan pengetahuan/pemahaman akan
iman katolik yang benar...sebagai awal, mungkin membuat seminar
Perayaan Ekaristi dan liturgi, seminar Mempertanggungjawabkan
Iman Katolik (seminar apologetik), atau seminar alkitab (pembahasan
ttg asal alkitab dan proses kanon alkitab) atau seminar sejarah
Kristen dll dengan pembicara yang sudah terkenal kompeten seperti romo
Deshi Ramadhani, SJ (yang sekarang lagi sangat terkenal) atau romo
Pidyarto O.Carm (untuk masalah apologetik)...daripada membuat seminar
dengan mengundang artis, pejabat politik or tokoh masyarakat yang
(saya pernah dengar dari salah satu orang di wilayah saya)
menghabiskan uang puluhan juta...lebih baik uang puluhan juta-nya
digunakan untuk proyek amal dan lingkungan (seperti baksos pembersihan
got/selokan/kali, penanaman pohon dll) yang berguna. Maaf kalau saya terlalu
banyak bicara, tapi mohon dipertimbangkan usulan ini.
Regards,
Lina
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
MAP I HAD BEEN THERE
- View my profile
- Create your own travel map or travel blog
- Travel Info at TripAdvisor
No comments:
Post a Comment