HENDRA TANOEMIHARDJA"S area of contemplation
To write down everything just owned by human to aware our existence, transcendent our thought and therefore to differentiate us with another creatures, included creatures as angels and demons. And our Father made us inferior only to Himself.
AREA OF CONTEMPLATION WITH AWARENESS THAT GOD ALWAYS LOVE AND NEVER ABANDON US.
Lorem ipsum dolor sit dicatum animum explorant plena dilectione Dei notitia , et non derelinquas nos semper.
Thursday, August 7, 2008
PSYCHOLOGY OF HUMILITY - SO I'M NOT PERFECT
Tanpa disadari para motivator membuat banyak orang menjadi lebih sakit , tindakannya tidak terpuji kalau melakukan yang merendahkan kemanusiaan dari para miskin, kemampuan lemah karena kurang pendidikan, tak berdaya, dan lingkungan yang unfavourable. Sungguh paradox. Mengaku motivator, tapi tak sungkan merendahkan
manusia lainnya, atas nama terobosan marketing. Menyadari keterbatasan diri "so I,m not perfect" , jangan percaya para motivator yang lebih membuat masyarakat yang memang kemampuannya terbatas menjadi lebih sakit! Memang harus diakui kita semua mempunyai dorongan untuk maju dan bertumbuh dalam segala hal , mengembangkan potensi diri atau mengaktualisasikan kemampuan, kompetensi. Kesehatan psikologis adalah milik dari orang - orang yang dapat mengaktualisasikan diri dan dimana lingkungan memungkinkan untuk perkembangan diri atau human development. Bila kita menolak atau mengingkari perkembangan diri, maka akan timbul masalah masalah emosional dan psikologis. Apa yang terbaik yang kita bisa lakukan harus dapat terealisir. Namun kadang kita lupa, bahwa kita semua mempunyai keterbatasan. Sehingga menjadi penting disini adalah penerimaan diri , siapakah diri kita itu, siapakah saya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Penerimaan diri atau self scceptance menjadi dasar untuk kesehatan emosional dan juga secara spiritual.
...........Perhaps the first thing we learn about ourselves during infancy is how impotent we are. As the months pass we gather more and more evidence to support the belief. We learn how helpless young children are and how powerful adults are. Indeed young children see adulthood as the epitome of power and control. We try to grow into our own image of what an adult should be. Toward this end we strive for total self sufficiency. Fortunately, many people come to realize that complete self sufficiency is not only necessary, it is impossible............
God grant us the serenity to accept
the things we can not change
courage to change the things we can
and wisdom to know the difference
(Robert J. Furrey in Psychology of Humility)
Saat tinggal di Kuala Lumpur, saya pernah diajak ikut seminar oleh teman. Tiketnya mahal, di atas 100 Ringgit katanya. Untuk memastikan saya hadir, dia bahkan ikhlas menjemput saya dari rumahnya di Petaling Jaya ke tempat saya di Sri Hartamas. Pembicaranya adalah Robert Kiyosaki yang sangat sukses dengan buku yang memuja2 bapak
kaya imajiner sambil melecehkan bapak miskin riilnya.
Pak Kiyosaki berbicara hampir 3 jam. Kelihatan sangat tidak fit sekali, keringatnya bercucuran di bawah lampu sorot ribuan watt, suaranya parau dan acapkali fals. Tampaknya dia mengakui keadaannya itu, dia bercerita baru saja mendarat tadi pagi dari Hong Kong. Besok malam dia sudah harus pindah tempat ke Singapur, dan minggu depan balik ke US untuk book tour. Luar biasa sibuk sekali sehingga dia hanya tidur 3-4 jam sehari. Sambil terengah-engah itu dia menjelaskan bagaimana caranya pensiun muda kaya raya, sebagaimana kesuksesan dia sendiri. Saat ini uangnya sudah beranak-pinak di bank, real estate dan bekerja untuknya; sementara pak Kiyosaki sudah pensiun kerja, kini keliling dunia memuaskan hobbynya mengajarkan orang lain bisa cepat kaya juga lalu pensiun. Beberapa kali melihat dengusannya di panggung, saya sampai kuatir dia kena serangan jantung. Di mata saya dia justru sedang kerja keras, begitu kerasnya sampai lupa istirahat dan hidup lebih banyak dihabiskan di pesawat. Jualan buku dan seminar sampai ngos-ngosan, apanya yang pensiun? Di mata saya dia lebih kelihatan Koyosakit.
Cerita lain dari seorang motivator populer Indonesia:
Tindakan seorang motivator bernama Tung Desem Waringin, yang menebar duit sebesar Rp 100 juta dari udara; sementara berulang2 kali kita melihat di TV, bahkan arsipnya disimpan di websitenya dengan bangga, juga masih bisa dilihat di You Tube, menunjuk - kan bagaimana masyarakat miskin di bawahnya berebut-rebut uang pecahan ribuan, yang selembarnya sudah tidak cukup membayar teh botol maupun ongkos metro mini; adalah sangat TIDAK ETIS dan sangat mencederai perasaan sebagai anak bangsa.
Rasa miris, bulu kuduk berdiri, dan sesak, bagaimana seseorang berpendidikan, mengaku-ngaku sebagai guru - bahkan motivator harusnya lebih tinggi dari guru .. bisa melempar-lempar duit dari udara untuk menyaksikan orang2 berebut di bawah, bukankah itu sama dengan melecehkan manusia sampai ke dasar-dasar instingnya yang paling primordial? Sang motivator membangga2kan bagaimana dia bisa mendapat promosi
gratis dari CNN, Reuters, BBC, The NY Times, The Telegraph dan lain2 akibat aksinya itu. Sebenarnya di mana kekuatan daya jual berita tersebut ? Bukan hanya aksi lempar duit saja, tapi juga karena hal ini terjadi di negara yang masyarakatnya dilanda kesulitan ekonomi, dengan income rendah, berebut2 duit recehan. Ya, recehan. Kata Fox TV : The money was released in bills of 11-53 cents...
Dan mereka menulis :
BBC : Millions of Indonesians live below the poverty line and distributions of free food and aid regularly draw large crowds.
CNN : Below, men snatched bills from the hands of young ones. Giddy schoolchildren jumped up and down in excitement, holding up notes they picked up.
Reuters : An Indonesian author tossed 100 million rupiah ($10,740) from a plane, prompting a scramble for cash among poor residents below. Millions of Indonesians live on less than 2 dollars a day.
Dan mengenai korban yang terjadi :
The Telegraph : One 13-year-old girl was taken to hospital after collapsing in the crush when people fought to scoop up money as it rained from the sky.
Fox TV : A 13-year-old girl lost consciousness running after the notes and had to be rushed to a nearby hospital, the Detikcom online news service said.
Sementara demikian bangganya sang motivator, sebagaimana dia tulis di dalam websitenya : "Saya mendadak menjadi selebriti bukan hanya di Indonesia, tapi diseluruh Dunia. Demikianlah sang motivator menjadi superstar dunia?!"(dari milis api katolik)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
MAP I HAD BEEN THERE
- View my profile
- Create your own travel map or travel blog
- Travel Info at TripAdvisor
No comments:
Post a Comment